Aplikasi Bore Up Ninja 250R, Perhatikan Rasio Kompresi!
Jakarta - Kendati Kawasaki Ninja 250R sudah punya power yang tergolong besar, di atas dynamometer sekitar 26-27 dk, selalu ada yang merasa kurang puas. Untuk meningkatkannya, marak yang melakukan bore-up.
Mesin motor yang diproduksi di Thailand ini berspesifikasi 4 langkah DOHC 2 silinder. Tiap silinder diisi piston berdiameter 62 mm dengan langkah 41,2 mm. Volumenya jadi 124,32 cc. Dua silinder berarti jumlahnya 248,64 cc.
Nah bore-up menggunakan piston aftermarket bergaris tengah 64 mm, atau oversize 200. Artinya jika dihitung ulang menjadi 264,94 cc. Pemasangan cukup mengorter silinder standar.
Namun ternyata setelah bore-up belum tentu lebih ngacir. Seperti diungkap salah satu pengguna Ninja 250R yang tak mau disebut namanya. “Malah kalah kencang dari motor standar,” ungkapnya. Lho kok bisa, ya?
Ternyata setelah dibongkar dan dianalisa, piston yang digunakan memang 64 mm, namun dome piston lebih rendah dari piston standar. Terlihat jika kedua piston dipasangkan dalam satu pen. “Kompresi tentu jadi lebih rendah,” terang Andi Agus, kepala mekanik Motor City Ciputat. Efeknya jelas lari motor malah kalah ngacir.
“Pasti itu pakai piston aftermarket untuk Suzuki Satria,” sambar Imam Gunawan, mekanik Sportisi Motorsport. Masih menurutnya, pakai piston ini lantaran murah, termasuk ring sepasang hanya sekitar Rp 1 juta. Bandingkan dengan aftermarket khusus Ninja 250R, seperti JE Piston atau Wiseco yang berada di angka sekitar Rp 4 juta.
Kelemahan piston Satria ya itu tadi, dome piston lebih rendah sehingga kompresi jadi low. Ledakan di ruang bakar pun kalah dasyat dari standar. Jika ingin tetap pakai piston ini mesti ditambal dengan las argon.
Dome lebih rendah dari standar, bikin rasio kompresi turun (kiri). Pilih yang didesain khusus Ninja 250R, sehingga kompresi sama atau lebih tinggi (kanan).
Andi menyarankan sebelum pasang pastikan ukur dulu jarak puncak piston ke lubang pen. “Jangan sampai lebih rendah.” Dan kalau mau lebih bengis, pakai yang punya dome lebih tinggi. Di pasaran ada yang menyediakan rasio kompresi jadi 12,5:1 dari standarnya yang 11,6:1. Contohnya produk JE Piston.
Oh iya, setelah aplikasi piston bore-up, biar awet dan ngacir mesti ada beberapa penyesuaian. “Tingkatkan kemampuan pendinginan dan setting ulang spuyer,” lanjut mekanik berkacamata ini.
Pendinginan ditingkatkan dengan menambah radiator. Bisa mencomot satu radiator milik Kawasaki KLX 250, lalu jalurnya dibuatkan pencabangan. “Sehingga suhu mesin tetap terjaga,” lanjutnya.
Sedang setting ulang spuyer pun jadi hal wajib, biar ruang bakar tak terlalu kering seiring meningkatnya volume. “Pakai filter open, spuyer kombinasi sekitar 45 dan 110, jika standar tak jauh dari 42 dan 108,” tutup mekanik ramah ini. (motorplus.otomotifnet.com)
Oke deh Bos!
Mesin motor yang diproduksi di Thailand ini berspesifikasi 4 langkah DOHC 2 silinder. Tiap silinder diisi piston berdiameter 62 mm dengan langkah 41,2 mm. Volumenya jadi 124,32 cc. Dua silinder berarti jumlahnya 248,64 cc.
Nah bore-up menggunakan piston aftermarket bergaris tengah 64 mm, atau oversize 200. Artinya jika dihitung ulang menjadi 264,94 cc. Pemasangan cukup mengorter silinder standar.
Namun ternyata setelah bore-up belum tentu lebih ngacir. Seperti diungkap salah satu pengguna Ninja 250R yang tak mau disebut namanya. “Malah kalah kencang dari motor standar,” ungkapnya. Lho kok bisa, ya?
Ternyata setelah dibongkar dan dianalisa, piston yang digunakan memang 64 mm, namun dome piston lebih rendah dari piston standar. Terlihat jika kedua piston dipasangkan dalam satu pen. “Kompresi tentu jadi lebih rendah,” terang Andi Agus, kepala mekanik Motor City Ciputat. Efeknya jelas lari motor malah kalah ngacir.
“Pasti itu pakai piston aftermarket untuk Suzuki Satria,” sambar Imam Gunawan, mekanik Sportisi Motorsport. Masih menurutnya, pakai piston ini lantaran murah, termasuk ring sepasang hanya sekitar Rp 1 juta. Bandingkan dengan aftermarket khusus Ninja 250R, seperti JE Piston atau Wiseco yang berada di angka sekitar Rp 4 juta.
Kelemahan piston Satria ya itu tadi, dome piston lebih rendah sehingga kompresi jadi low. Ledakan di ruang bakar pun kalah dasyat dari standar. Jika ingin tetap pakai piston ini mesti ditambal dengan las argon.
Dome lebih rendah dari standar, bikin rasio kompresi turun (kiri). Pilih yang didesain khusus Ninja 250R, sehingga kompresi sama atau lebih tinggi (kanan).
Oh iya, setelah aplikasi piston bore-up, biar awet dan ngacir mesti ada beberapa penyesuaian. “Tingkatkan kemampuan pendinginan dan setting ulang spuyer,” lanjut mekanik berkacamata ini.
Pendinginan ditingkatkan dengan menambah radiator. Bisa mencomot satu radiator milik Kawasaki KLX 250, lalu jalurnya dibuatkan pencabangan. “Sehingga suhu mesin tetap terjaga,” lanjutnya.
Sedang setting ulang spuyer pun jadi hal wajib, biar ruang bakar tak terlalu kering seiring meningkatnya volume. “Pakai filter open, spuyer kombinasi sekitar 45 dan 110, jika standar tak jauh dari 42 dan 108,” tutup mekanik ramah ini. (motorplus.otomotifnet.com)
Oke deh Bos!
Penulis : Aant | Teks Editor : AZ | Foto : Aant
Tags : mobil bekas , motogp , f1 , motor bekas , tips motor , tips mobil , modifikasi , jip , otosport ,otomotif , otomotifnet , otoshop , klub , komunitas , ototest , iklan baris , direktori , forum , road race, motocross , indoprix , motoprix , rally , wrc , wsbk , wss , drag , drag bike , drag race , supersport, formula 1 , gokart , drift , drifting , slalom , honda , yamaha , suzuki , kawasaki , toyota , daihatsu ,mitsubishi , nissan ,
BERITA TERKAIT JUDUL
BERITA TERKAIT : TIPS > PERFORMANCE
-
Tips Bore-Up Motor
Piston Bore Up Favorit!
Penyuka bore up dan stroke up makin menggila. Makanya kini banyak muncul piston aftermarket favorit. Dari buatan FIM hingga Hi Speed yang from Thailand.
Ukuran dan desain mendekati gaya kompetisi. Bahkan seperti kepunyaan spesial engine alias SE. Material yang digunakan lebih kuat.Asyiknya piston yang baru nongol ini tersedia bukan hanya untuk Yamaha. Tapi juga tersedia untuk Suzuki yang kebanyakan pakai kepunyaan Satrai F-150 untuk drag bike atau balap malam hari.Material yang digunakan kalau yang buatan FIM lebih kuat. Bahkan proses pengerasan lebih keras dan rigid.Antara yang buatan FIM dan Hi Speed sudah dilengkapi lapisan teflon. Sehingga bukan saja lebih licin. Tapi, juga lebih halus di soal suaranya. Kalau orang bule bilang tidak noise atawa tidak berisik.Untuk dome juga lebih jenong. Sehingga bisa atur kompresi. Tinggal papas tingkatan jenong sesuai keinginan. Lebih lengkap lanjut baca tulisan boks. (motorplus-online.com)Buat Ninja dan Satria FU-150Belum lama PT Federal Izumi Manufacturing (FIM)) meluncurkan piston bore up untuk Kawasaki Ninja 250R. Tipenya FIM25.Standar piston Ninja ukurannya 62 mm dan lubang pen piston 16 mm. Nah, yang diluncurkan FIM versi bore up. Tersedia dua ukuran. “Size oversize 150 dan 200,” jelas Agus Salim, Marketing Department FIM.Berarti ukuran piston yang tersedia 63,5 mm dan 64 mm. “Setara dengan piston Honda Tiger standar dan oversize 50,” jelas Agus Salim yang berbadan gempal itu.Untuk ring piston juga sangat mudah dilacak. “Karena dirancang bisa menggunakan ring piston Honda Tiger standar dan oversize 50,” jelas brother yang kerap menyambangi event road race ini.Enaknya piston ini bisa juga dipakai untuk bore up Suzuki Satria F 150. Karena lubang pen piston Satria F juga sama-sama 16 mm. Kelebihan piston FIM25 dirancang untuk head 4 klep. Sangat cocok di Satria dan Ninja 250R. Dome juga bisa diatur ulang sesuai kompresi yang diinginkan. Piston seharga Rp 250 ribu ini komposisi material yang dikandungnya hampir sama dengan piston racing FIM lainnya. Namun proses pengerasan lebih. Kandungan silicon juga lebih dari biasanya.Hi Speed ProHi Speed Thailand juga meluncurkan piston yang memiliki desain berbeda. Bentuknya masih seperti piston SE namun pinggangnnya lebih lebar. Ini mungkin bisa juga dipakai untuk harian.Piston yang dikasih nama jenisnya Hi Speed Pro ini juga tersedia beberapa ukuran. “Dari mulai 58 sampai 68 mm,” kompak Miekeel Tjahjanto dari MC Racing dan Awan dari Ban Speed Galery. Kompak nih yeee…Untuk ukuran lubang pin juga beragam. Mulai dari ukuran 13,14 dan 15 mm juga tersedia. Sehingga semua merek motor yang beredar, dipastkan hampir bisa pakai.Perbedaan yang dimiliki piston jenis Pro ini terletak pada bentuk kepala piston. “Lebih jenong sehingga bisa menghasilkan kompresi tinggi,” jelas Miekel dari markasnya Jl. Kebon Jeruk IX, No. 20C, Kota, Jakarta Barat.Untuk piston jenis Pro ini juga tersedia dua pilihan. Ada yang dilapisi teflon dan ada juga yang tanpa teflon. Tinggal pilih sesuai keinginan mekanik. “Harga yang ditawarkan Rp 450 ribu sudah termasuk piston, ring, pin dan klip,” kabar Miekel yang punya nomor telepon toko (021) 6289637.Hi Speed RPiston buatan Hi Speed Thailand ini belum lama nongol. Memiliki desain atau bentuk seperti piston milik special engine atau SE yang langganan dipakai motocross.Bagian pinggangnya juga lebih sempit. “Sehingga minim gesekkan dengan dinding liner,” jelas Awan Kurniawan dari Ban Speed Galery itu.Diameter yang tersedia dari ukuran 58 mm sampai 68 mm. Lubang pennya ada yang 13 mm, 14 mm dan 15 mm.Enaknya, piston ini hanya dilengkapi dua coakan untuk tonjokan klep. Tidak seperti piston Honda CBR yang ada 4 coakan itu. Untuk motor lokal yang kebanyakan hanya 2 klep, seher CBR malah mengurangi kompresi.Awan juga merinci soal harga. “Satu set sudah termasuk piston, ring, pin dan klip dibanderol Rp 550 ribu,” jelas Awan yang baru buka toko di Jl. Jelambar Aladin, No. 3, Tubagus Angke, Jakarta Barat ini. Memang lumayan mahal tapi, sebanding dengan bentuk dan piston yang ringan ini. Lebih lengkap informasinya silakan tanya Awan yang siap dikontek langsung di nomor 0817-000-8859.Yamaha 70 mmDari sekian piston bore up, piston keluaran Yamaha Thailand ini sangat gede. Ukuran diameter piston mencapai 70 mm. Namun kode di kemasannya seperti untuk Yamaha Fino.Aneh juga kan? Yamaha Fino kan seher standarnya hanya 52 mm. Bisa jadi untuk Fino versi bore up edan-edanan.Seher ini punya lubang pen 15 mm. Bisa langsung plek masuk di setang seher milik Fino, Mio atau Nouvo. Namun hati-hati pantat seher bisa ditabok bandul kruk as. Kudu diukur dulu sebelum dipasang. Kalo perlu dibubut dulu biar pas.Bentuk seher ini kepalanya seperti piston milik Scorpio. Begitupun jarak dari lubang pen sampai puncak seher mirip dengan milik motor Kalajengking itu.Namun untuk seher segede ini sih enggak perlu jenong. “Kompresinnya juga sudah sangat gede,” jelas Miekel Tjahjanto yang menjual piston ini di rentang harga Rp 550 ribu. Banderol jual segitu tentunya juga sudah termasuk piston, ring, pin dan klip.
0 komentar:
Posting Komentar